FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WANAREJA I KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP TAHUN 2025

Nurlina, Erlin (2025) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WANAREJA I KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP TAHUN 2025. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

[img] Text
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS.pdf
Download (105kB)
[img] Text
LEMBAR PENGESAHAN ERLIN.pdf
Download (206kB)
[img] Text
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI AKADEMIS.pdf
Download (230kB)
[img] Text
HALAMAN JUDUL.pdf
Download (303kB)
[img] Text
BAB 1.pdf
Download (140kB)
[img] Text
BAB 2.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (172kB)
[img] Text
BAB 3.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (113kB)
[img] Text
BAB 4.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (175kB)
[img] Text
BAB 5.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (72kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (86kB)
[img] Text
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (8MB)

Abstract

Latar Belakang: Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat utama pada balita di Indonesia. Berat badan lahir rendah, panjang badan lahir pendek, dan praktik pemberian ASI eksklusif berisiko mempengaruhi kejadian stunting. Metode: Penelitian kuantitatif analitik cross-sectional menggunakan data sekunder dari SigiziKesga bulan Juni 2025. Populasi 3.075 balita usia 0–59 bulan di Puskesmas Wanareja I, Kabupaten Cilacap, dianalisis dengan teknik total sampling. Analisis meliputi univariat, bivariat (Chi-square), dan multivariat (regresi logistik). Hasil: Prevalensi stunting pada balita adalah 8,7%. Balita dengan berat badan lahir rendah (<2.500 g) memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami stunting (OR = 3,34; 95% CI: 2,25–4,96; p = 0,001). Panjang badan lahir pendek (<48 cm) juga menunjukkan hubungan bermakna secara bivariat dengan stunting (OR = 1,75; 95% CI: 1,26–2,43; p = 0,001), sedangkan pemberian ASI eksklusif tidak menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik (OR = 1,25; 95% CI: 0,97–1,62; p = 0,083). Analisis multivariat menunjukkan bahwa hanya berat badan lahir rendah yang menjadi prediktor signifikan stunting (OR = 3,13; 95% CI: 1,90–5,16; p = 0,001). Kesimpulan: Berat badan lahir rendah (<2.500 g) merupakan faktor dominan yang meningkatkan risiko stunting pada balita. Panjang badan lahir dan pemberian ASI eksklusif tidak berpengaruh signifikan. Pencegahan stunting sebaiknya difokuskan pada peningkatan gizi ibu hamil dan pemantauan pertumbuhan janin.

Item Type: Thesis (Diploma)
Uncontrolled Keywords: Asi Eksklusif, Balita, Berat Badan Lahir, Panjang Badan Lahir, Stunting
Subjects: Q Science > Q Science (General)
Divisions: Jurusan Kebidanan > D4 Kebidanan
Depositing User: M D4 ERLIN NURLINA
Date Deposited: 15 Dec 2025 08:57
Last Modified: 15 Dec 2025 08:57
URI: http://repo.poltekkestasikmalaya.ac.id/id/eprint/7927

Actions (login required)

View Item View Item