DEVI, RD PUTRI NENENG (2022) Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dengan Pemberdayaan Pijat Oksitosin Dan Konsumsi Daun Katuk Pada Ibu Menyusui Di Daerah UPTD Puskesmas Beber Kabupaten Cirebon Tahun 2022. Other. Prodi D-III Kebidanan Cirebon. (Unpublished)
Text
PERNYATAAN ORISINALITAS.pdf Download (13kB) |
|
Text
LEMBAR PENGESAHAN.pdf Download (166kB) |
|
Text
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.pdf Download (16kB) |
|
Text
HALAMAN JUDUL.pdf Download (323kB) |
|
Text
BAB 1.pdf Download (426kB) |
|
Text
BAB 2.pdf Restricted to Repository staff only Download (539kB) | Request a copy |
|
Text
BAB 3.pdf Restricted to Repository staff only Download (310kB) | Request a copy |
|
Text
BAB 4.pdf Restricted to Repository staff only Download (478kB) | Request a copy |
|
Text
BAB 5.pdf Restricted to Repository staff only Download (336kB) | Request a copy |
|
Text
BAB 6.pdf Restricted to Repository staff only Download (173kB) | Request a copy |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Repository staff only Download (389kB) | Request a copy |
|
Text
LAMPIRAN.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan, (2018) disitasi oleh Dolang et al., (2021) Generasi yang sehat, cerdas dan berkualitas sebuah bangsa akan ditentukan oleh kesehatan ibu yang melahirkan dan merawat yang harus diatasi mulai dari masa kehamilan, persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir. Generasi yang sehat juga diawali dengan kesehatan pada ibu mengenai proses menyusui nya dengan cara perawatan payudara, merawat payudara merupakan upaya yang dilaksanakan dalam rangka menjaga kesehatan payudara saat menyusui. Kegiatan tersebut amat penting dilaksanakan saat masa menyusui kepada bayi. Sebab payudara adalah organ penting untuk menghasilkan ASI sebagai nutrisi primer bagi bayi yang baru saja dilahirkan, maka harus diberikan sesegera mungkin. Faktor yang menjadikan Produksi ASI eksklusif menjadi rendah yaitu keadaan payudara sewaktu menyusui, permasalahan-permasalahan yang dapat terjadi apabila perawatan organ payudara kurang dilaksanakan; ASI keluar tidak lancar, terjadi bendungan ASI, mastitis, abses payudara dan bagian putingnya kurang timbul yang menyebabkan bayi kesulitan menghisapnya (Dolang et al., 2021) Agar hal tersebut tidak terjadi permasalahan pada payudara, sehingga memerlukan perawatan pada payudara yaitu dengan beberapa teknik dan cara supaya tidak menghalangi proses pengeluaran ASI, menurut Siti, (2012) disitasi Dolang et al., (2021) teknik perawatan payudara yaitu dengan teknik Masase, Stroke, dan Shake (goyang). Ketiga Teknik ini mampu meningkatkan stimulasi pada ASI. Dari beberapa Teknik tersebut, penulis melakukan perawatan payudara dengan cara teknik masase yaitu diantaranya teknik pijat oksitosin yang lebih efektif untuk pengeluaran hormon oksitosin, begitupun sejalan dengan penelitian Menurut F.B Monika, (2014) disitasi oleh Saribu dan Pujiati, (2017) Faktor perawatan payudara yang berkembang salah satunya dalam memicu pengeluaran hormon oksitosin melalui pijat oksitosin yang dilakukan pada ibu masa nifas dan menyusui. Pijat oksitosin juga merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang kedua sisi tulang belakang. Pijatan ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau refleks pengeluaran ASI. Selain hormon, pada awal masa menyusui ibu memiliki banyak kekhawatiran sehingga teknik pijat oksitosin salah satu alternatif ibu untuk lebih rileks dan mampu mengeluarkan ASI lebih banyak, hal ini sejalan dengan penelitian Lestari, et al., (2021) diketahui bahwa pada hari-hari pertama produksi ASI belum melimpah yang disebabkan oleh fungsi hormon prolaktin belum bekerja secara maksimal. Oleh karena itu pada hari awal pasca melahirkan ibu hanya mengeluarkan sedikit ASI yang berwarna keruh kekuningan. Bahkan ada yang belum keluar kolostrum pada hari pertama. Sehingga ibu dan keluarga menjadi panik merasa tidak mampu memberikan ASI. Dengan ketidaknyaman yang dialami ibu tersebut justru akan berpengaruh terhadap produksi ASI yang sedikit. Oleh karenanya ibu laktasi harus dalam keadaan rileks dan siap untuk menyusui bayinya. Untuk mengatasi masalah pada hari–hari pertama pasca melahirkan seperti hal tersebut maka diperlukan terapi pijat oksitosin. Pijat ini bersifat relaksasi sehingga akan menstimulasi hipofisis untuk memproduksi hormone prolactin dalam memproduksi ASI. Menurut Depkes RI, (2007) disitasi oleh Saribu dan Pujiati, (2017) juga berpendapat selain memberikan kenyamanan pada ibu dan merangsang refleks oksitosin, pijat oksitosin juga memiliki manfaat lain yaitu mengurangi pembengkakan payudara (engorgement), mengurangi sumbatan ASI (plugged/ milk duct), dan membantu mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. Setelah perawatan payudara berhasil tentunya berkaitan dengan proses pemberian ASI, sejalan dengan Pemberian ASI secara eksklusif menurut World Health Organization, (2018) disitasi oleh Lestari, et al., (2021) adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan berfluktuatif. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) di tahun 2007 menunjukan cakupan ASI eksklusif bayi 0-6 bulan sebesar 32% yang menunjukan kenaikan yang bermakna menjadi 42% pada tahun 2012 dan berdasarkan laporan dinas kesehatan provinsi tahun 2013 sebaran cakup pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54,3% serta mengalami peningkatan walaupun masih rendah yaitu pada tahun 2018 sekitar 65,16%, hal ini masih di bawah target nasional yang telah ditetapkan oleh kementerian kesehatan tahun 2017 yaitu 78% (Kemenkes, 2017). Data terbaru bayi usia 0-6 bulan yang diberikan ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas Beber Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon 6 bulan terakhir di tahun 2021-2022 mencapai 55,8%. (UPT Puskesmas Beber, 2022) Menurut Maryunani A, (2012) disitasi oleh Dolang et al., (2021) Rendahnya pemberian ASI kepada bayi karena jumlah produksi ASI yang dihasilkan ibu sedikit karena dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah hormone. Hormon yang mempengaruhi produksi ASI dan pengeluaran ASI ada dua yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi ASI juga makin banyak. Untuk mengurangi rendahnya pemberian ASI kepada bayi karena jumlah produksi ASI yang dihasilkan ibu, Pijat oksitosin terbukti dapat meningkatkan rasa rileks, tidur lebih nyaman dan berkualitas, mengurangi rasa sakit, serta mengurangi adanya stress serta membantu meningkatkan hormon oksitosin dan prolaktin sehingga mempermudah pengeluaran ASI serta produksi ASI. ASI merupakan nutrisi yang paling baik bagi bayi yang berpengaruh terhadap pertumbuhannya, selain dari perawatan payudara tentu nya makanan yang dikonsumsi juga sangat berpengaruh pada pengeluaran ASI, begitu pun disetujui oleh penelitian Menurut Suraatmaja, (1997) disitasi oleh Suyanti dan Anggraeni, (2020) Salah satu upaya untuk memperbanyak ASI yaitu dengan meningkatkan kualitas makanan yang dapat merangsang pengeluaran ASI, misalnya sayur-sayuran hijau, daun katuk, daun ubi jalar, daun pepaya dan sebagainya, begitu pun hasil penelitian oleh Dewi, (2019) disitasi oleh Dolang et al., (2021) bahwa ada hubungan nutrisi dengan kelancaran produksi ASI. Makanan bergizi yang dikonsumsi ibu selama menyusui akan dimetabolisme oleh sistem pencernaan. Zat-zat gizi akan diserap oleh tubuh dan dialirkan kedalam ASI sehingga ASI lebih banyak diproduksi. Dari segi banyaknya kualitas makanan untuk memperbanyak ASI, penulis memberikan asuhan makanan dengan cara mengonsumsi daun katuk yang memiliki banyak manfaat, begitupun sejalan dengan penelitian Menurut Savitri, (2016) disitasi oleh Suyanti dan Anggraeni, (2020) Daun katuk adalah sejenis sayuran daun yang memiliki nama latin Sauropus androgynus dan termasuk famili Euphorbiaceae. Salah satu manfaat daun katuk yang cukup populer adalah kemampuannya untuk memperlancar dan memproduksi ASI. Sejalan juga dengan penelitian Menurut Rahmanisa (2015) disitasi oleh Suyanti dan Anggraeni (2020) Untuk meningkatkan kecukupan ASI dapat dilakukan dengan mengonsumsi daun katuk berupa rebusan atau sayur bening maupun ekstrak daun katuk karena mengandung alkaloid dan sterol yang dapat meningkatkan kelancaran ASI. Selain itu daun katuk mengandung vitamin A, B_1, C, tanin, saponin alkaloid papaverin. Selain itu, Menurut Apriadi, (2015) disitasi oleh Suyanti dan Anggraeni, (2020) Daun katuk mengandung hampir 7% protein dan 19% serat kasar, vitamin K, pro-vitamin A (beta karoten), Vitamin B dan C. Mineral yang dikandung adalah Kalsium (2,8%) zat besi, kalium, fosfor dan magnesium. Menurut ahli pemberian daun katuk dengan cara direbus yaitu diberikan pada ibu menyusui selama 1 minggu (7 hari), dikonsumsi oleh ibu pada pagi dan sore dengan dosis sebanyak 50 gram daun katuk direbus dengan air 300 ml. Ibu dapat mengonsumsi rebusan daun katuk ini pada hari ke-2 atau ke-3 setelah melahirkan, hal ini karena peningkatan berat badan bayi pada hari ke-4 dan seterusnya berpengaruh pada banyaknya pengeluaran ASI pada ibu. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dengan Memberdayakan Ibu Dan Keluarga Mengenai Teknik Pijat Oksitosin Dan Mengonsumsi Daun Katuk Pada Ibu Menyusui Di Daerah UPTD Puskesmas Beber Kabupaten Cirebon Tahun 2022
Item Type: | Monograph (Other) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | daun katuk, asi, dan pijat oksitosin, LTA2022 |
Subjects: | L Education > L Education (General) R Medicine > R Medicine (General) R Medicine > RG Gynecology and obstetrics |
Divisions: | Jurusan Kebidanan > D3 Kebidanan |
Depositing User: | Rd Putri Neneng Devi |
Date Deposited: | 21 Sep 2022 03:28 |
Last Modified: | 21 Sep 2022 03:28 |
URI: | http://repo.poltekkestasikmalaya.ac.id/id/eprint/1279 |
Actions (login required)
View Item |