Gambaran Histopatologi Lambung dan Uji Aktivitas Antidiare Kopi Dekafeinasi (Studi In Silico dan In Vivo) dengan Metode Transit Intestinal

RUBIYANTI, RANI and YULIA, NUNUNG (2025) Gambaran Histopatologi Lambung dan Uji Aktivitas Antidiare Kopi Dekafeinasi (Studi In Silico dan In Vivo) dengan Metode Transit Intestinal. Poltekkes Tasikmalaya. (Unpublished)

[img] Text
39_2024_LaporanAkhir_Apt__RANI_RUBIYANTI_S.Farm,_M.Farm_(11)[1].pdf
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)

Abstract

Indonesia memiliki karakteristik geografis yang rawan terhadap bencana alam. Banjir merupakan jenis bencana alam dengan kasus terbanyak di Indonesia yang berdampak pada permasalahan kesehatan masyarakat yaitu banyaknya kasus diare. Salah satu senyawa yang memiliki aktivitas antidiare adalah asam klorogenat yang banyak terkandung dalam biji kopi arabika (Coffea arabica L.). Selain asam klorogenat, kandungan paling dikenal pada biji kopi adalah kafein. Kafein memiliki beberapa pengaruh negatif bagi tubuh seperti salah satunya adalah penyakit lambung. Kopi dekafeinasi merupakan salah satu pengembangan produk pada penelitian sebelumnya. Pengembangan kopi ini mengurangi kadar kafein sehingga akan meminimalkan kemungkinan kerusakan lambung. Mengacu pada Indikator Kinerja Utama Poltekkes yang disinergikan dengan Pilar Transformasi Poltekkes dan rencana induk penelitian Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya yaitu kegawatdaruratan bencana, penelitian Gambaran Histopatologi Lambung dan Uji Aktivitas Antidiare Kopi Dekafeinasi (Studi In Silico dan In Vivo) dengan Metode Transit Intestinal merupakan ajuan penelitian yang tergolong Pilar Transformasi pada Tema Program Prioritas kategori Penyakit Menular. Topik penelitian dalam roadmap program studi farmasi adalah membuat produk yang bermanfaat dalam keadaan bencana banjir dalam menanggulangi penyakit diare yaitu berupa sediaan biji kopi dekafeinasi sebagai kandidat obat antidiare. Adanya pengembangan kopi dekafeinasi pada penelitian sebelumnya, diharapkan pada penelitian ini memiliki aktivitas antidiare dan gambaran histopalogi lebih baik dari gambaran histopatologi lambung biji kopi arabika tanpa dekafeinasi. Penelusuran ilmiah menunjukkan belum adanya publikasi terkait gambaran histopatologis lambung dengan konsumsi kopi dekafeinasi serta aktivitasnya sebagai antibakteri. Hal ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan produk biji kopi rendah kafein sehingga dapat digunakan sebagai alternatif minuman kopi pada penderita lambung dan memiliki aktivitas antidiare. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran histopatologi lambung tikus putih galur wistar dengan metode induksi dan pengujian praklinik aktivitas antidiare dengan metode transit intestinal. Ada tidaknya aktivitas ditinjau dari perbedaan dengan menggunakan kontrol negatif dan kontrol positif. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah pembuatan biji kopi arabika dekafeinasi dengan metode fermentasi dan pengujian in silico. Pengujian aktivitas antidiare dan analisis gambaran histopatologi lambung tikus menggunakan 3 variasi konsentrasi menggunakan pola konsumsi yang dikonversikan kedalam dosis, yaitu 3g/250mL ; 6g/250mL dan 9g/250mL. Luaran pada penelitian ini publikasi satu artikel dalam jurnal ilmiah internasional. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperoleh aktivitas antidiare kopi dekafeinasi dan gambaran histopatologi lambung tikus. Indikator tingkat kesiapan teknologi penelitian yang dilakukan sebelumnya pada tingkat kesiapan teknologi level 2 (dua). TKT yang tercapai adalah TKT 3 yaitu secara in vitro telah dilakukannya percobaan laboratorium dalam menguji kadar kafein dan asam klorogenat biji kopi arabika yang telah terstandardisasi pada penelitian sebelumnya. Secara in vivo biji kopi arabika telah diujikan pada tikus putih galur wistar untuk mengetahui aktivitas antidiare dan gambaran histopatologi lambung. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, penelitian ini memiliki hipotesis dan konsep alternatif untuk mendukung pengembangan obat sediaan biji kopi arabika rendah kafein (dekafeinasi) yang dapat diformulasikan menjadi berbagai bentuk sediaan farmasi yang bermanfaat dalam situasi kegawatdaruratan. Di tahun pertama penelitian ini menunjukkan bahwa Bubuk I (dekaf) memiliki potensi antibakteri yang lebih kuat dibandingkan dengan Bubuk II (non-dekaf), terutama pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses dekafeinasi dapat meningkatkan aktivitas antibakteri, yang berimplikasi pada potensi pengembangan agen antibakteri baru agen antibakteri baru.

Item Type: Other
Subjects: R Medicine > R Medicine (General)
Divisions: Jurusan Farmasi > D3 Farmasi
Depositing User: Farmasi
Date Deposited: 13 Feb 2025 00:50
Last Modified: 13 Feb 2025 00:50
URI: http://repo.poltekkestasikmalaya.ac.id/id/eprint/5521

Actions (login required)

View Item View Item